Kasepuhan Sinar
Resmi
Kesepuhan Sinar Resmi terletak di Desa Sirna Resmi
Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi yang terletak diantara perbatasan Provinsi
Jawa Barat dan Banten.
Dengan begitu termasuk kategori daerah adat yang di kenal dengan sebutan “Kesatuan
Adat Banten kidul Kasepuhan Sinar
Resmi“.
Komunitas Adat ini meliputi tiga Kabupaten yaitu :
1. Kabupaten Sukabumi (Provinsi Jawa barat)
2. Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa barat)
3. Kabupaten Lebak (Provinsi Banten)
Seiring perkembangan zaman dan
laju pertumbuhan di segala bidang menyikapi hal tersebut, maka salah satu
program prioritas di lingkungan Kesatuan Adat Banten Kidul mengadakan Acara Ritual Adat Seren Taun yang
merupakan sikap responsif terhadap aspirasi masyarkat disekitar Kasepuhan
Sinar Resmi, sebagai bukti peran aktif dalam rangka upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan menghormati warisan leluhur yaitu dengan cara
Mempertahankan ciri adat kebudayaannya.
Landasan dasar
Adat tidak lepas dari dukungan program premarital daerah atau pusat yang patut
di kembangkan di bidang :
~ Pendidikan Budi Pekerti
~ Kesadaran Pendidikan Keagamaan
~ Mempererat Tali Persaudaraan
~ Mempertahankan Adat dan Budayanya
Negara
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam suku yang tersebar
di seluruh wilayah Indonesia. Masing-masing suku memiliki kebudayaan yang
berbeda dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, negara ini memiliki
keragaman budaya yang tinggi. Melalui keragaman budaya inilah, yang menjadikan
suatu identitas bangsa yang harus dipertahankan dan dipelihara. Dari waktu ke
waktu, terjangan pada era globalisasi semakin meningkat, ini menyebabkan
banyaknya pengaruh asing yang masuk yang sulit terbendung. Pengaruh globalisasi
yang begitu kuat dapat mengakibatkan lunturnya kebudayaan yang dimiliki oleh
suatu daerah di Indonesia. Namun, dengan adanya keyakinan untuk mempertahankan
suatu kebudayaan maka kebudayaan tersebut akan tetap terpelihara. Keyakinan
inilah yang dimiliki oleh suatu komunitas yang berupaya untuk mempertahankan
dan memelihara kebudayaannya yang disebut dengan komunitas adat.
Komunitas adat adalah komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul
leluhur di atas wilayah adat yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan
alam, kehidupan sosial yang diatur oleh hukum adat, dan lembaga adat yang
mengelola keberlangsungan kehidupan masyarakat. Salah satu komunitas adat yang
ada di Indonesia dan sampai saat ini masih tetap memegang teguh aturan-aturan
adat yang menyertainya yaitu komunitas adat Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna
Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Masyarakat
adat Kasepuhan Sinar Resmi adalah suatu komunitas dengan segala kearifan
lokalnya yang dalam kesehariannya,
menjalankan sosio budaya tradisional yang mengacu pada karakteristik budaya
Sunda pada abad ke-18. Kasepuhan Sinar Resmi merupakan satu dari sebelas
kasepuhan yang berada di wilayah Banten Selatan. Komunitas ini hidup secara
turun temurun dari generasi ke generasi, jati diri inilah yang masih dipelihara
dan diperkuat sebagai perwujudan rasa syukur dan penghormatan kepada para leluhur
yang lahir dari sebuah proses sejarah yang tidak terputus dalam perjalanan masa
untuk terus menegakan martabat beserta hak asal-usul sebagai identitas budaya
dan warisan budaya nasional. Dengan sistem yang diwariskan para leluhur,
masyarakat adat Kasepuhan Sinar Resmi menata seluruh kehidupannya
baik sebagai individu maupun sebagai kelompok sosial dan religius yang khas, yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Sistem-sistem inilah yang dipertahankan dan
diperjuangkan sebagai sumber semangat hidup yang tekandung dalam sistem adat
yang masih dibudayakan dan dilestarikan.
1.1
Dasar Pemikiran
Masyarakat adat Kasepuhan Sinar Resmi tidak pernah terlepas dari
filosofi-filosofi hidup yang sudah menjadi satu jiwa pada diri masyarakat
kasepuhan sendiri. Filosofi inilah yang menjadi pedoman hidup masyarakat. Dalam
kehidupan bermasyarakat, basis dari hukum adat kasepuhan adalah filosofi hidup,
“tilu sapamulu, dua sakarupa, hiji eta-eta keneh”,
yang secara harfiah artinya ‘tiga se wajah, dua se rupa, satu yang itu
juga”. Tata nilai
ini mengandung pengertian
bahwa hidup hanya
dapat berlangsung dengan baik dan
tenteram bila dipenuhi tiga syarat,
yaitu (1) tekad, ucap dan
lampah, (niat atau pemikiran,
ucapan dan tindakan)
harus selaras dan dapat dipertanggung jawabkan kepada incu-putu (keturunan warga kasepuhan)
dan sesepuh (para orang tua
dan nenek moyang);
(2) jiwa, raga
dan perilaku, harus
selaras dan berahlak;
(3) kepercayaan adat sara, nagara, dan mokaha harus
selaras, harmonis dan tidak bertentangan satu dengan lainnya. Selain pedoman
dalam bersosialisasi antar masyarakat, masyarakat kasepuhan memiliki interaksi
dengan alam. Melalui filosofi “Ibu bumi, bapak langit, tanah ratu” yang
intinya dalam kehidupannya, masyarakat harus menjaga keutuhan bumi beserta segala isinya sehingga keseimbangan alam pun tetap terjaga.
Berdasarkan
filosofii-filosofi inilah masyarakat kasepuhan memiliki keyakinan untuk terus
menjaga apa yang sudah diwariskan oleh para leluhurnya, baik menjaga hubungan
dengan manusia lain dan menjaga hubungan dengan alam. Salah satu warisan
leluhur yang masih diterapkan dalam kehidupan masyarakat kasepuhan adalah
sistem pertanian ladang/huma (rurukan) dan sawah yang dilakukan satu
kali dalam satu tahun. Sistem pertanian ini tidak sekedar sebuah kegiatan
pertanian yang secara umum menuju pada produktivitas, namun sistem pertanian di
masyarakat adat Kasepuhan Sinar Resmi lebih berorientasi pada suatu interaksi
yang kuat antar masyarakat dengan Tuhan, masyarakat dengan masyarakat serta
masyarakat dengan alam. Dalam
pengelolaan sistem pertanian, mulai dari mempersiapkan lahan sampai pada
mengistirahatkan lahan kembali selalu diikuti dengan rangkaian upacara atau
ritual adat yang menyertainya yang sudah diwariskan oleh para leluhur.
1.2
Tujuan
1.
Mempertahankan
dan memelihara adat istiadat warisan dari para leluhur.
2.
Mempererat
persatuan dan kesatuan antar masyarakat adat, masyarakat non adat, dan pemerintah.
3.
Melestarikan
salah satu budaya dari keberagaman budaya Indonesia
1.3
Harapan
Masyarakat adat
Kasepuhan Sinar Resmi sebagai suatu komunitas yang tidak
lepas dari tradisi adat yang menyertainya dalam hal ini secara
tidak langsung memiliki peran yang cukup berpengaruh dalam menjaga keutuhan
budaya Indonesia yakni melalui sistem pertanian tradisional dan
kegiatan-kegiatan adat lainnya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian penuh
dari pemerintah sebagai salah satu aktor yang ikut berpartisipasi dalam
mendukung keberlanjutan dan pemeliharaan adat yang sudah ada sejak dulu sampai
sekarang.
1.4
Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari terlaksananya ritual-ritual adat ini
adalah kebudayaan lokal yang tetap utuh dan terjaga. Selain itu, pihak
Kasepuhan Sinar Resmi dapat melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, baik
masyarakat adat lainnya, masyarakat non-adat, akademisi dan pemerintah dalam
melestarikan dan memelihara kebudayaan lokal.
2.
DESKRIPSI
KEGIATAN
Ritual-ritual
adat yang dilakukan di Kasepuhan Sinar Resmi dilakukan secara rutin dan berulang,
dalam jangka bulanan dan tahunan. Ritual bulanan yang dilakukan adalah opatbelasna,
yang dilakukan setiap bulan. Ritual tahunan terkait dengan sistem pertanian,
prosesi pertanian sawah dan ladang, Sedekah Ruwah dan Mulud, Prah-prahan,
Nyimur, Beberes Bengkong, serta
upacara Seren Taun yang dilakukan setahun sekali.
1.
Ritual Opatbelasna
Ritual ini
dilakukan setiap tanggal 13 malam 14 dalam kalender Islam/Bulan Saka atau saat
bulan purnama muncul. Ritual ini dilakukan untuk selamatan bulanan. Ritual ini
dihadiri oleh Panghulu yang memimpin doa dan disaksikan oleh para kolot lembur.
Dalam acara ini juga berbagai macam hidangan antara lain kue-kue seperti papais,
awug, dan pasung yang dibuat oleh ibu-ibu. Pada malam harinya
sebelum selamatan dimulai pada pukul 12 malam, ibu-ibu membuat rurujakan
sembilan rupa diantaranya cau emas, anggur, jeruk, nanas, tomat, kelapa,
pepaya, buah asam dan curing.
2.
Prosesi untuk
Pertanian Ladang (Huma) dan Sawah
Sistem pertanian di Kasepuhan Sinar Resmi terbagi dalam pertanian
ladang (huma) dan sawah. Keduanya memiliki perbedaan dalam prosesi
pelaksanaannya mulai dari mempersiapkan lahan untuk digarap hingga
mengistirahatkan lahan yang telah digunakan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
pertanian ladang
Kegiatan
|
Bulan
(Sistem
Kalender Islam)
|
Pelaksana *)
|
Narawas
(menandai lokasi yang akan dijadikan lahan huma)
|
Jumadil awal
|
Lk
|
Nyacar
(membersihkan lahan, biasanya selama 1 minggu setelah itu di
keringkan selama 15 hari – 1 bulan)
|
Jumadil awal
|
Lk, Pr, P
|
Ngahuru
(membakar semak kering untuk dijadikan pupuk)
|
Jumadil akhir
|
Lk
|
Ngerukan
(mengumpulkan sisa-sisa yang belum terbakar )
|
Jumadil akhir
|
Lk, Pr, P
|
Ngaduruk
(membakar sisa-sisanya)
|
Jumadil akhir
|
Lk, Pr
|
Nyara
(meremahkan tanah)
|
Jumadil akhir
|
Lk, Pr, P
|
Ngaseuk
(penanaman bibit padi dengan menggunakan tongkat atau aseuk)
|
Rajab
|
Lk, Pr, P
|
Ngored
(menyiangi rumput)
|
Ruwah
|
Lk, Pr, P
|
Mipit/ Dibuat
(memotong padi/ panen)
|
Haji
|
Lk, Pr
|
Ngadamel lantayan
(membuat tempat menjemur padi)
|
Haji
|
Lk
|
Ngalantaykeun
(proses menjemur padi pada lantayan)
|
Haji
|
Lk, Pr
|
Mocong
(mengikat padi yang kering)
|
Muharam
|
Lk, Pr, P
|
Ngunjal
(diangkut ke lumbung padi)
|
Muharam
|
Lk
|
Ngaleuitkeun
(memasukkan ke lumbung)
|
Muharam
|
Lk, Pr
|
Ngeuleupkeun
(dirapikan)
|
Muharam
|
Lk
|
Ngadieukeun indung pare
(menyimpan padi di dalam leuit)
|
Muharam
|
Lk
|
Selametan
(ampih pare)
|
Muharam
|
Lk, Pr, P
|
Dari 17 prosesi di atas, lima kegiatan utama yang harus dilakukan antara
lain :
·
Ngaseuk : dimulainya kegiatan menanam padi dengan memasukkan benih
ke dalam lubang aseuk.
·
Beberes Mager: ritual untuk menjaga padi dari serangan h` ama. Kegiatan ini dilakukan oleh
pemburu di ladang Abah (ladang milik kasepuhan) dengan membaca doa. Kegiatan
ini dilaksanakan sekitar bulan Muharam.
·
Ngarawunan : ritual untuk meminta isi padi agar tumbuh dengan subur,
sempurna dan tidak ada gangguan. Kegiatan ini dilakukan oleh semua incu putu
untuk meminta doa kepada abah melalui bagian pamakayaan. Ngasrawunan dilakukan
setelah padi berumur tiga bulan sampai empat bulan.
·
Mipit: kegiatan memanen padi yang dilakukan lebih dulu oleh Abah
sebagai pertanda masuknya musim panen.
·
Nutu: kegiatan menumbuk padi pertama hasil panen.
·
Nganyaran: memasak nasi menggunakan padi hasil panen pertama, dua
bulan setelah masa panen.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pertanian sawah
Kegiatan
|
Bulan
(Sistem
Kalender Islam)
|
Pelaksana*)
|
Numpang
galeng
(membuat
pematang)
|
Muharam
|
Lk, P
|
Ngabaladah
(menyiangi
lahan)
|
Silih mulud
|
Lk, P
|
Ngambangkeun
(mengisi
lahan dengan air / merendam)
|
Jumadil awal
|
Lk, P
|
Ngangler
(membersihkan
permukaan lahan dari gulma yang tumbuh sebagai persiapan untuk tebar)
|
Ruwah
|
Lk, Pr, P
|
Tebar/ ngipuk
(membuat
persemaian padi dengan cara menebar untaian padi)
|
Jumadil akhir
|
Lk, Pr
|
Tandur
(menanam
padi)
|
Ruwah
|
Lk,, Pr, P
|
Ngarambet
(membersihkan
gulma yang ada di sawah)
|
Puasa
|
Pr
|
Babad galeng
(membersihkan
rumput di pematang sawah)
|
Syawal
|
Lk, Pr,P
|
Dibuat ku
etem/ neugel
(panen padi
dengan alat etem / ani-ani)
|
Haji
|
Lk, Pr, P
|
Ngadamel
lantayan
(membuat
tempat jemuran padi)
|
Haji
|
Lk
|
Ngalantay
(menjemur
padi di lantayan)
|
Haji
|
Lk
|
Mocong pare
(mengikat
padi menjadi pocong)
|
Sapar
|
Lk, Pr, P
|
Diangkut ka
leuit/ ngunjal
(mengangkut
padi ke leuit/ lumbung)
|
Sapar
|
Lk
|
Ngaleuitkeun
(memasukkan
ke leuit/ lumbung)
|
Sapar
|
Lk
|
Dieulep di
leuit
(merapikan
padi di dalam leuit/ lumbung)
|
Sapar
|
Lk, Pr
|
Ngadiukkeun
indung
(memasukan
padi induk ke dalam leuit)
|
Sapar
|
Lk, Pr
|
Disalametan
nganyaran
(selamatan
sebagai tanda syukur dengan memasak padi pertama kali)
|
Silih mulud
|
Pr
|
Keterangan *):
Lk :
laki-laki
Pr :
perempuan
P :
Pemuda/pemudi
Setelah semua kegiatan pertanian selesai,
diadakan kegiatan Tutup Nyambut yang menandakan selesainya semua
aktivitas pertanian di sawah ditandai dengan acara selametan. Salah satu
rangkaian kegiatan pertanian penting mengenai sistem pertanian sawah yang utama
setelah upacara Seren Taun adalah Turun Nyambut.
Kegiatan Turun Nyambut merupakan pertanda dimulainya masa untuk
membajak sawah dan mempersiapkan lahan untuk ditanami padi kembali.
3. Seren Taun
Upacara ini
dilakukan untuk mensyukuri hasil panen pada tahun tersebut dan sebagai hiburan
untuk masyarakat yang telah bekerja selama satu tahun dalam pertanian.
Rangkaian acara dimulai dengan musyawarah terlebih dahulu dengan melibatkan
seluruh incu putu untuk menentukan besarnya anggaran yang dibutuhkan.
Setelah musyawarah selesai, dilakukan
serah ponggokan. Para kolot lembur (kepala kampung/dusun) dan kepala ranggeyan berkumpul untuk
mendiskusikan besarnya biaya yang ditanggung per orang untuk biaya seren taun
untuk diserahkan kepada Abah. Setelah serah ponggokan Abah melakukan ziarah ke karamat
(astana) leluhurnya mulai dari Abah Udjat, makam Abah Ardjo, Uyut Rusdi,
Uyut Jasiun, makam yang di Tegal Lumbu, makam yang di Pasir Talaga, Makam yang
di Lebak Binong, Makam yang di Lebak Larang,
hingga makam leluhurnya di Cipatat, Bogor.
Rangkaian kegiatan upacara seren taun
1. Mempersiapkan peralatan upacara yang terdiri
dari: padi, orang yang membawa padi di bakul, orang yang membawa bunga tujuh
macam bunga, orang yang membawa bokor (seupaheun), putri tujuh (orang
yang mengiringi orang yang membawa padi), dan diiringi oleh para sesepuh kampung,
dan kesenian diantaranya : rengkong, dogdog lojor, jipeng, debus, tari
tani, gondang buhun dan kidung buhun.
2. Untuk perjalanan ampih pare ka leuit,
seluruh kegiatan diatur oleh Lengser.
3. Ketika sampai di leuit, pemimpin doa
mulai membaca doa, setelah doa selesai padi dimasukkan ke dalam leuit yang
didahului oleh Abah dan Ambu sebagai pimpinan adat.
4. Setelah dari leuit, seluruh tamu
undangan dan para sesepuh mengadakan Nyoreang Alam ka Tukang Nyawang anu
Bakal Datang (melaporkan hasil dan kegiatan-kegiatan yang sudah dikerjakan
dan merencanakan kegiatan-kegiatan ke depan).
5. Acara hiburan, mulai dari kesenian gondang
gogonjakan, kesenian debus, jaipongan, dan wayang golek.
4.
Sedekah
Ruwah dan Sedekah Mulud
Sedekah
Mulud merupakan peringatan hari kelahiran
Nabi Muhammad SAW. Kegiatan yang dilakukan adalah pembacaan doa untuk selametan
dan membagikan makanan kepada warga. Sebelum memasak makanan, para ibu harus
membersihkan rambut dan badan (diangir mandi) menggunakan beuleum
sapu pare, serta alat-alat yang digunakan untuk memasak seperti dulang,
kukusan, hihid, pangarih, dandang/ seeng, kuluwung, dan aseupan,
harus dicuci bersih sebelum digunakan. Kemudian, para ibu mulai memasak nasi
untuk dibawa ke rumah panghulu untuk selametan dan dibagikan kepada
warga. Sedekah Mulud dilakukan pada hari Rabu.
Sedekah Ruwah merupakan peringatan
hari wafatnya Nabi Muhammad SAW. Kegiatan sedekah Ruwah, sama dengan
kegiatan Sedekah Mulud. Namun, sedekah Ruwah dilaksanakan pada
hari Jumat.
5.
Prah-prahan
Prah-prahan merupakan kegiatan menjaga dan menghindarkan segala penyakit
(tolak
bala)
yang dilakukan pada pada Bulan Safar dalam kalender Islam. Semua warga dan incu
putu ditandai oleh ketupat dan tangtang angin baik di rumah maupun
di kandang ternak.
6.
Nyimur
Nyimur merupakan ritual dimana seluruh balita (usia 0-5 tahun) dikumpulkan
untuk
diteteskan
(peureuh) air kembang ke dalam mata. Acara ini dilaksanakan di rumah dukun pada Bulan Silih Mulud.
7.
Beberes
Bengkong
Kegiatan sesudah mengkhitankan semua
incu putu baik laki-laki maupun perempuan.
Untuk
perempuan sekitar usia 2 atau 3 tahun sedangkan untuk laki-laki sekitar usia 5
sampai 7 tahun. Setelah selesai khitan, yang mempunyai hajat memberikan beras
dan uang ke bengkong sebagai parawanten. Kemudian bengkong (orang
yang mengkhitankan laki-laki) dan ema’ berang (orang yang mengkhitankan
perempuan) membuat nasi tumpeng yang akan diserahkan ke rumah Abah.
3.
PELAKSANA DAN
PESERTA KEGIATAN
Kegiatan ritual
adat dilaksanakan oleh seluruh masyarakat adat kasepuhan. Kegiatan dibuka oleh
abah sebagai pimpinan adat dan dipimpin oleh Panghulu yang membacakan doa-doa.
Khusus untuk kegiatan Seren Taun, kegiatan ini dihadiri tidak hanya oleh
masyarakat adat kasepuhan Sinar Resmi, melainkan oleh tamu undangan mulai dari
pemerintah sampai masyarakat di luar masyarakat adat yang biasanya berasal dari
Jakarta, Bandung, Bogor, Sukabumi, dan sekitarnya. Peserta kegiatan Seren
Taun bisa mencapai 3000 orang tiap
tahunnya.
No comments:
Post a Comment